Saturday, October 15, 2011

Idealisme Orang Tua Tentang Kuliah

"Nak, jangan main terus. Tiap hari kok maen terus."
"Kuliah aja belum selesai kok udah kerja. Selesaiin dulu kuliah kamu baru kerja!"
"Mau jadi apa kamu ikut-ikutan organisasi? Mau jadi anggota DPR yang kerjanya tiap hari cuma twitteran? Yang kerjanya nyelundupin uang rakyat ke dompet sendiri?"
"Heh, tiap hari kok pacaran terus. Kamu ga kuliah apa?! Sana kuliah!"



Itulah sederet kalimat yang sering keluar dari orang tua melihat kelakuan anaknya sering kali tidak sesuai dengan idealisme mereka. Tentu mereka mengatakan seperti itu karena ada maksudnya -- sayang dengan anaknya. Kemauan orang tua inginnya dituruti oleh si anak. Kuliah ya harus kuliah. Tidak diselingi kegiatan yang tidak bermanfaat. Belajar dengan rajin dan jangan banyak keluyuran. IPk sejak awal tinggi jangan sampai turun. Mata kuliah jangan sampai tercecer. KKN dan skripsi sesuai waktunya dan selesai kuliah pada waktunya. Sayangnya terkadang orang tua tidak memahami keadaan dan psikologis si anak. Mungkin saja si anak sering pergi karena sedang stress. Mungkin saja si anak magang di perusahaan karena orang tua tidak tahu kalau uang jajannya kurang. Orang tua tidak ingin anaknya keluar dari right-on-track. Sebaiknya sebagai seorang anak juga menanggapinya dengan sikap yang positif.


Bisa saja si anak kerjanya maen terus tetapi ternyata di tempat temannya dia mengerjakan tugas laporan karena tidak punya komputer. Kuliah juga untuk bekal nanti bekerja. Tak ada salahnya jika mencicipi dunia kerja seperti apa. Toh, uang yang dihasilkan bisa untuk tambahan uang saku, untuk bekal nanti saat merantau ke Jakarta atau bisa juga untuk kredit motor tanpa minta dari orang tua. Ikut organisasi tidak boleh? Kenapa enggak? Organisasi bisa memperluas wawasan dan jaringan, belajar bekerja dalam tim, mengasah otak dengan problem-solving and brainstorming, dll. Pacaran? Ya ... boleh laah. Hidup kan harus balance -- Eat, Pray, Love.

Tiap hari otak kiri terus yang diasah, tetapi otak kanannya tidak. Belajar menghitung memang penting tetapi bersosialisasi lebih penting.

Sebenarnya banyak segudang manfaat saat mereka melakukan kegiatan-kegiatan itu. Memang tidak secara langsung terlihat tetapi suatu saat nanti akan berguna. "Anda tidak bisa menyambungkan titik-titik dengan melihat ke depan, Anda hanya bisa menyambungkannya kalau melihat ke belakang -- Steve Jobs."

4 comments:

Jeng Muthi said...

Setiap orang pny idealisme sendiri-sendiri dan bisa jadi berbeda walaupun dlm satu atap. Orangtua sbg pihak yg memberikan dana utk kuliah, pastinya ingin anaknya kuliah dg baik, report yg dihasilkan bagus, ada timbal baliknya. Yg lebih penting adalah menyelaraskan impian orangtua dg impian kita sbg anak biar lebih 'bersayap'. Doa mereka itu membuka pintu langit2 lhoo. Dan klo bidadari ini (baca:orangtua) sudah memberikan doanya, pasti dech km akan menemukan keajaiban yg unbelievable :D

Indah said...

Ngeliat tulisanmu jadi pingin komentar..
aku adalah salah satu orang yang ngerasain perubahan sikapmu dari yang awalnya agak introvert, lama lama jadi mau membuka diri bahkan berani menabrak pagar saat dikasi tanggung jawab. Move on..^^

Masalah orang tua, untung aja Mereka adalah salah dua diantara yang luar biasa. Tidak pernah memaksa, tidak pernah menekan dan tidak pernah melarang. Selama selalu ada alasan yang logis yang bisa mereka terima. Hidup Demokratis!!

massnitch said...

Yup, mereka adalah orang yang paling berjasa kepada kita hingga kita bisa menjadi seperti saat ini. Apapun yang mereka katakan di masa lalu, diperbuat masa lalu, itu adalah pelajaran yang berharga bagi kita. Sekarang waktunya kita yang harus berjuang untuk mereka. Waktunya kita membuat mereka merasa bangga punya anak seperti kita.

massnitch said...

blogmu kok ga bisa dibuka ndah?